Hampir tiga pekan harga ayam di tingkat peternak terus turun, yakni sejak Maret hingga awal April. Saat ini, harga ayam livebird (di tingkat peternak) di beberapa daerah hanya Rp 7.000 per kg. Padahal, biaya produksi di kisaran Rp 18.000-19.000 per kg. Hal itu disampaikan Wakil Sekjen DPP Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Abbi Angkasa Perdana Darmaputra dalam diskusi daring bersama Forum Diskusi Wartawan Bandung (FDWB), Senin (6/4/2020).
“Peternak (ayam) menangis. Peternak tengah berduka,” ujar Abbi. Baca juga: Harga Ayam Ikut Terdampak Corona, 12 Juta Pekerja Terancam PHK Over supply ayam, tapi di supermarket harga masih tinggi Abbi mengatakan, anjloknya harga ayam karena over supply. Hal itu disebabkan wabah virus corona yang menyebabkan orang berdiam di rumah, yang berdampak ke kegiatan ekonomi masyarakat, sehingga restoran tutup dan orang-orang batal hajatan.
Namun setelah dicek ke pasar becek dan supermarket, harga ayam masih tinggi di kisaran Rp 30.000-35.000 per kg. Melihat ini ia menduga ada mafia yang memainkan harga dan memanfaatkan isu corona atau Covid-19. Kondisi ini membuat peternak frustasi. Mereka akhirnya menjual murah ayamnya, berkisar Rp 21.000-25.000 per kg. “Daripada mati di kandang (karena tidak sanggup
memberi pakan), peternak membagikan dan menjual murah ayamnya,” imbuhnya. Baca juga: Jumlah Peternak Ayam Rakyat di Indonesia Terus Turun, Ini Sebabnya Dibagikan ke warga, anak ayam terpaksa dimusnahkan Ayam yang dibagikan secara nasional dalam sepekan sekitar 700.000 ekor. Satu warga kurang mampu mendapat 3 kg ayam atau dua ekor ayam. Kebingungan membeli pakan ini membuat peternak terpaksa memusnahkan anak ayam umur 3-10 hari.
“Peternak (ayam) menangis. Peternak tengah berduka,” ujar Abbi. Baca juga: Harga Ayam Ikut Terdampak Corona, 12 Juta Pekerja Terancam PHK Over supply ayam, tapi di supermarket harga masih tinggi Abbi mengatakan, anjloknya harga ayam karena over supply. Hal itu disebabkan wabah virus corona yang menyebabkan orang berdiam di rumah, yang berdampak ke kegiatan ekonomi masyarakat, sehingga restoran tutup dan orang-orang batal hajatan.
Namun setelah dicek ke pasar becek dan supermarket, harga ayam masih tinggi di kisaran Rp 30.000-35.000 per kg. Melihat ini ia menduga ada mafia yang memainkan harga dan memanfaatkan isu corona atau Covid-19. Kondisi ini membuat peternak frustasi. Mereka akhirnya menjual murah ayamnya, berkisar Rp 21.000-25.000 per kg. “Daripada mati di kandang (karena tidak sanggup
memberi pakan), peternak membagikan dan menjual murah ayamnya,” imbuhnya. Baca juga: Jumlah Peternak Ayam Rakyat di Indonesia Terus Turun, Ini Sebabnya Dibagikan ke warga, anak ayam terpaksa dimusnahkan Ayam yang dibagikan secara nasional dalam sepekan sekitar 700.000 ekor. Satu warga kurang mampu mendapat 3 kg ayam atau dua ekor ayam. Kebingungan membeli pakan ini membuat peternak terpaksa memusnahkan anak ayam umur 3-10 hari.
Dari laporan yang diterima, hingga kini hampir 2 juta ekor anak ayam yang dimusnahkan. Abbi mengungkapkan, perlu ada langkah konkret dalam menyelesaikan harga ayam nasional dan rantai distribusinya. “Tolong kami satgas pangan,” tuturnya. Baca juga: Rugi, Peternak Ayam Petelur Gadaikan Surat Tanah Dijual keliling, tak ada dana untuk dijual online Peternak mandiri di Kuningan-Cirebon, Muhammd Miftahudin mengatakan, untuk menekan kerugian dia door to door ke kampung-kampung.
Ia menjual murah ayam hidup seharga Rp 20.000-25.000 per ekor. “Baru 1.000 ekor yang terjual dalam 3 hari. Biasanya 4.000 ekor sehari atau 12.000 ekor 3 hari,” ungkapnya dengan nada sedih. Sebenarnya, ia ingin menjualnya via online atau melibatkan pihak ketiga. Namun itu tidak bisa dilakukan karena sudah tak ada lagi dana.