12 Jam Non-Stop Tangani Pasien Covid-19, Perawat Tampan Meninggal
Dream- Saat ini perhatian dunia terpusat pada masalah wabah virus corona atau Covid-19 yang sudah dinyatakan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan merenggut ratusan ribu korban jiwa.Jhon Alogos meninggal setelah 12 jam menangani pasien tanpa henti. Ilustrasi : Metro.co.uk
Dalam kondisi ini, tenaga medis mendapat banyak sorotan dari masyarakat. Permasalahan yang dihadapi tenaga kesehatan di lapangan sangatlah kompleks.
Belum selesai dengan masalah keterbatasan alat pelindung diri, kini mereka dihadapkan pada keadaan dimana kasus covid-19 semakin tidak terbendung jumlahnya.
Alhasil mereka harus bekerja lebih keras demi kemanusiaan dan profesionalitas.
Baru-baru ini dunia menyoroti kisah perawat asal Inggirs bernama John Alagos yang gugur saat menjalankan tugasnya sebagai seorang perawat yang menangani kasus covid-19.

Fakta Kejadian Meninggalnya John Alagos

John Alagos merupakan perawat muda berusia 23 tahun yang mendedikasikan hidupnya di RSU Watford Inggris. Kisah meninggalnya John merupakan kasus ketiga setelah Inggris kehilangan dua perawat mudanya.
John diduga meninggal akibat kelelahan dan terinfeksi covid-19 setelah dirinya melakukan tugasnya selama 12 jam tanpa henti.
Menurut cerita yang beredar John terpaksa menjalani shift, sebab saat itu rumah sakit sedang kekurangan jumlah perawat, sehingga mau tak mau John harus bertugas.
Pada saat bertugas John telah merasakan sakit dengan gejala covid-19, namun rumah sakit tak menghiraukannya. Kejadian tersebut diceritakan oleh Ibundanya John, Gina Gustila yang kecewa atas kematian putranya.

Cerita Ibunda Atas Meninggalnya John Alagos

Ibunda John menceritakan, bagaimana perjuangan anaknya dalam bertugas yang harus tetap bekerja meski sakit hingga akhirnya pingsan dan meninggal.
Gina menjelaskan, mendiang anaknya harus tetap merawat pasien meski kondisinya sendiri sedang tidak baik.
Gina mengaku, John sempat mengeluh sakit kepala dan suhu tinggi sepanjang malam, hingga kemudian kehilangan kesadaran dan meninggal.
John sempat jatuh sakit tapi, diduga tidak diperbolehkan pulang karena rumah sakit kekurangan tenaga medis kala itu.
Aku bertanya, ‘Mengapa kamu tidak pulang?’ Dia bilang dia sudah meminta (digantikan) staf lain tapi mereka kekurangan staf jadi tidak bisa dipulangkan,” kata Gina di laman Metro.
Setelah sang putra pulang, Gina sempat memberinya obat paracetamol untuk meredakan sakit kepala dan demamnya, namun sekembalinya sang Ibu untuk melihat putranya, Ia mendapati badan John tengah membiru di tempat tidurnya.

Sebab Kematian John Alagos

Kematian John diduga karena minimnya perlengkapan APD yang dipakai ketika menangani pasien covid-19, sehingga dalam keadaan kelelahan tubuh John tidak bisa menangkal virus.
Alhasil membuat John kehilangan nyawanya. Hal tersebut diungkapkan Gina yang dikutip dari laman Metro.
Rekan-rekan John mengatakan kepada Gina,  putranya tidak mengenakan pakaian pelindung yang 'pantas'. Mereka memakai APD, tetapi tidak sepenuhnya melindungi mulut. “Mereka hanya memakai masker biasa,” ungkap Gina.
Diduga sebelumnya John tidak memiliki masalah kesehatan. Pahlawan covid-19 itu pun merupakan sosok yang populer di Watford General Hospital, sehingga rekan-rekannya merindukannya. Namun mengenai laporan-laporan yang diungkap Gina, hal itu dibantah pihak rumah sakit.

Pihak Rumah Sakit Membantah Jika Tenaga Medis Tidak Dilengkapi APD yang Pantas

"Staf kami sudah di penerangan mengenai gejala Covid-19 dan kita tidak pernah perbolehkan siapa pun tetap bekerja, jika menunjukkan gejala-gejala atau tidak sehat. Kami selalu memberi informasi terbaru mengenai panduan APD untuk memastikan mereka dilindungi dengan baik," bantah penanggungjawab rumah sakit.
Artikel Asli

LihatTutupKomentar